Cuteki kawaii

Senin, 19 November 2012

ANATOMI ALAT REPRODUKSI TERNAK BETINA


ANATOMI DAN HISTOLOGI ALAT REPRODUKSI BETINA
PENDAHULUAN

Ilmu reproduksi ternak merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan, bagian, fungsi, ukuran, serta pengaruh terhadap pertumbuhan ternak dalam berkembangbiak. Umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah hewan mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormone yang dihasilkan oleh tubuh hewan. Hewan tingkat tinggi, termasuk ternak bereproduksi secara seksual, dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi fungsi-fungsi yang sangat komplek dan terintigrasi antara proses yang satu dengan yang lainya.
Peternakan merupakan salah satu dari berbagai bidang yang menyokong kehidupan masyarakat secara umum, selain dari bidang pertanian. Peternakan merupakan lahan yang strategis bagi masyarakat Indonesia apabila mereka mau untuk mengembangkan. Peternakan merupakan bidang yang cocok bagi masyarakat Indonesia karena iklim di Indonesia sangatlah mendukung bagi berkembangnya sector peternakan. Iklim Indonesia yang tropis memungkinkan sebagian ternak bisa berkembang dengan baik karena biasanya ternak tidak terlalu butuh adaptasi yang panjang untuk hidup, karena perbedaan iklimnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu untuk menghasilkan hewan ternak yang unggul, maka dibutuhkan pengetahuan tentang reproduksi  ternak itu, karena reproduksi ternak akan berhubungan dengan perbaikan genetis dari ternak itu. Seperti kita tahu bahwa era globalisasi menuntut para peternak untuk mampu bersaing, jangan malah semakin tenggelam oleh bidang lain.

 TINJAUAN PUSTAKA

            Organ reproduksi betina, organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ovarium dan hormon-hormon kelamin betina. Organ-organ sekunder  atau saluran reproduksi terdiri dari tuba fallopi (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva. (Dellman, 1992).Secara anatomik alat reproduksi betina terdiri dari gonad atau ovarium, saluran-saluran reproduksi, dan alat kelamin luar (Partodiharjo,1992).

Ovarium
Ovarium pada sapi berbentuk bulat telur. Ukurannya relatif kecil dibanding dengan besar tubuhnya. Ukurannya adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram. Ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika (Hardjopranjoto, 1995). Ovarium tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesterone (Santoso, 2009).
Ovarium merupakan alat reproduksi betina yang berfungsi ovum (sel telur) dan menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Menurut Widayati et. al. (2008), ovarium terletak di rongga perut, tidak turun seperti halnya testes dan berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan hormon, yaitu estrogen, progesteron, dan inhibin. Hal itu sesuai dengan pendapat Santoso (2010), bahwa ovarium mempunyai dua fungsi, sebagai organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina estrogen dan progesteron. Ovarium digantung oleh mesovarium dengan panjang 2 cm. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa ovarium digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovarika.
Hardjopranjoto (1995), bahwa ukuran ovarium sapi adalah panjang 2 sampai 3 cm, lebar 1 sampai 2 cm, tebal 1 sampai 2 cm, dan beratnya berkisar antara 15 sampai 19 gram.
            Ovum yang diovulasikan akan mengalami kematangan dengan tahapan  folikel primer, folikel sekunder, folikel tersier, dan folikel de Graaf (Widayati et al.,2008). Ovulasi terjadi karena pecahnya folikel sehingga ovum keluar. Bekas ovum yang keluar berwarna merah disebut corpus haemorrhagicum yang akan berkembang menjadi corpus luteum. Segera setelah ovulasi, rongga folikel berisi cairan limfa dan darah, membentuk struktur yang disebut corpus haemorrhagicum kemudian sel-sel granulosa berganda secara cepat membentuk corpus luteum (Frandson, 1992). Ovum yang telah diovulasikan akan ditangkap oleh ostium abdominale pada oviduct dan diarahkan oleh fimbria masuk ke ampulla isthmic junction dan menunggu spermatozoa untuk pembuahan.

Oviduct
Oviduct merupakan bagian yang berperan penting dalam peristiwa kopulasi saat proses reproduksi. Oviduct terdapat sepasang (kiri dan kanan) dan merupakan saluran kecil berkelok-kelok membentang dari depan ovarium berlanjut ke tanduk uterus. Oviduct sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu infundibulum, ampula, dan isthmus. Pada masing-masing bagian memiliki keunikan tersendiri, seperti misalnya bagian infundibulum, bagian ujung infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang disebut fimbria. Bagian isthmus dengan ampula dibatasi oleh suatu ampulari ismic junction yang berperan dalam pembuahan, sedangkan batas antara isthmus dengan uterus adalah uteri tubal junction.(Hafez, 1993)
            Bagian ujung infudibulum membentuk suatu fimbria. Infudibulum ini nampaknya berperan aktif dalam ovulasi, paling tidak dalam melingkupi sebagian atau keseluruhan ovari dan mengarahkan ovum menuju kebukaan abdominal dari tuba uterin. Panjang tuba uterin (oviduct) berkisar 25 cm (Frandson, 1992).
            Ampula bagian cauda merupakan tempat terjadinya pembuahan. Dalam ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi  pada beberapa spesies kontraksi otot juga berperan. Meskipun spermatozoa berkembang dalam saluran reproduksi jantan, kemampuan membuahi pada hewan piaraan hanya dapat dicapai setelah kapasitasi dalam tuba uterina (Dellman dan Brown, 1992). Pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct (Blakely dan Bade, 1991).

  Tuba falopii (Oviduct) dibagi menjadi: infundibulum tubae yang mempunyai pintu ke rongga abdominal disebut osteum tubae abdominale. Ampula tubae adalah tempat terjadi pembuahan. Isthmus mempunyai rongga sempit dan berkelok-kelok serta sangat panjang. Extremitas uterinae dengan osteum tubae uterinae yang bermuara pada kornua uteri. Pada osteum ini terdapat benjolan-benjolan atau papilla yang disebut papilla uterinae, khususnya pada kuda dan anjing memiliki jumlah yang besar (Hardjopranjoto, 1995).
            Menurut Frandson (1992), oviduct yang berada dekat dengan ovarium adalah infundibulum yang ujungnya berjumbai disebut fimbria. Infudibulum terletak didekat Ovarium yang berfungsi menangkap folikel yang telah masak (ovum). Pergantungan oviduct disebut mesosalving.
Fungsi oviduct antara lain pertemuan ovum dengan spermatozoa atau tempat terjadinya fertilisasi di bagian ampula. Blakely dan Bade (1991) berpendapat bahwa pembuahan yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi disepertiga bagian atas dari oviduct. Transport ovum yang telah dibuahi (zygot) menuju ke uterus. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa dalam ampula aktivitas silia merupakan kekuatan utama untuk menggerakkan ovum kearah isthmus, tetapi  pada beberapa spesies kontraksi otot juga sangat berperan. 

Uterus
Uterus merupakan bagian saluran alat kelamin betina yang berbentuk buluh, berurat daging licin, untuk menerima ova yang telah dibuahi atau embrio dari tuba falopii (Hardjopranjoto, 1995). Uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio) (Dellman dan Brown, 1992). Fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran (Hunter, 1995).









 

 

Panjang corpus uteri berkisar antara 2 sampai 4 cm, sedangkan panjang cornua uteri berkisar 35 sampai 40 cm (Frandson, 1992). Dinding uterus terdiri dari tiga lapis yaitu 1) endometrium, 2) tunica muscularis atau miometrium, 3) tunica serosa atau perimetrium. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992). Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992).
            Miometrium merupakan lapisan di bawah endometrium, terdiri dari urat daging licin melingkar (sirkuler) kuat disebelah dalam dan yang memanjang (longitudinal) disebelah luar. Antara endometrium dan miometrium ada lapisan vascular, yang banyak ditemukan pembuluh darah kapiler. Lapisan perimetrium atau lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding uterus (Hardjopranjoto, 1995).

Uterus pada sapi,babi dan domba perbedaannya terletak pada ukurannya. Ukuran  uterus pada babi lebih panjang dibandingkan dengan sapi dan domba, sehingga babi dapat beranak lebih banyak dalam sekali melahirkan. Menurut Hafez (1972) Sapi dan domba memiliki tipe uterus bipartitus. dangkal tubuh rahim pada sapi dan domba tampak lebih besar daripada sebenarnya bisa karena bagian-bagian ekor dari tanduk terikat bersama oleh ligamentum intercounal. Pada ruminansia, tanduk uterus secara khusus berkembang dengan baik karena ini adalah di mana janin berada. Bentuk serviks pada sapi dan domba yaitu berbentuk spiral. Pada sapi, spiral ini berbentuk seperti cincin dan terdiri dari empat buah. Sedangkan pada Babi bentuknya seperti pembuka botol (setengah spiral).
Menurut Lindsay et al., (1982), uterus pada sapi yang tidak bunting memiliki diameter 5 sampai 6 cm. Ukuran dan panjang bagian-bagian uterus tergantung dari umur dan jenis bangsa hewan tersebut sedangkan menurut Frandson (1992) panjang corpus uteri yaitu berkisar antara 2 sampai 4 cm dan panjang cornu uteri berkisar 35 sampai 40 cm
Uterus ternak yang tergolong mamalia terdiri dari korpus (badan), serviks (leher), dan dua tanduk atau kornua. Proporsi relatif dari tiap-tiap bagian itu bervariasi tergantung spesies, seperti juga halnya bentuk maupun susunan tanduk-tanduk tersebut. Korpus (badan) uterus ukurannya paling besar daripada kuda, lebih kecil pada domba dan sapi, dan pada babi serta anjing, kecil saja. Secara superficial, badan uterus sapi tampak relatif lebih besar dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya, karena bagian kaudal dari tanduk tergabung dengan ligamen interkornual (Frandson, 1992).
Seperti halnya kebanyakan organ internal yang menyerupai tabung, dinding uterin terdiri dari suatu lapis membrane mukosa, suatu lapis otot intermediate, dan suatu lapis serosa bagian luar, yaitu perimetrium (peritoneum) (Frandson, 1992).
Uterus berfungsi sebagai tempat implantasi embrio dan tempat tubuh serta berkembangnya embrio. Hal itu sesuai dengan pendapat Dellman dan Brown (1992), bahwa uterus merupakan tempat implantasi konseptus (zigot yang telah berkembang menjadi embrio). Selain itu uterus juga berfungsi sebagai saluran yang dilewati spermatozoa menuju oviduct, dan berperan dalam proses kelahiran. Hunter (1995) menyatakan bahwa fungsi uterus adalah sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi dan motilitas (pergerakan) sperma ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya pada saat kelahiran.
Apabila daerah cauda uteri disayat dan dilihat bagian dalamnya terdapat tonjolan tempat implantasi mebrio yang disebut karankula. Hal itu sesuai dengan pendapat Frandson (1992), bahwa karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus. Batas antara uterus dan oviduct disebut utero tuba junction.

Serviks
            Serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masuknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. Sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995)
            Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran (Hardjopranjoto, 1995).
            Serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter  antara 2 sampai 6,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut sebelah dalam (orificium uteri internum) bagian belakangnya terdapat mulut sebelah luar (orificium uteri eksterna) atau sering disebut juga disebut sebagai mulut vagina (orificium vaginae) (Hardjopranjoto, 1995).
Serviks adalah urat  daging sphincter yang terletak diantara corpus uteri dan vagina. Fungsi serviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik (mikroorganisme) ke dalam uterus, dan untuk menyeleksi spermatozoa. Hal itu sesuai dengan pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviks merupakan suatu struktur yang mempunyai sfingter (sphincter) yang memisahkan rongga uterin dengan rongga vagina. Fungsi pokok serviks adalah untuk menutup uterus guna melindungi masukknya invasi bakteri maupun masuknya bahan-bahan asing. Pendapat Hardjopranjoto (1995), bahwa serviks pada sapi panjangnya antara 5 sampai 10 cm mempunyai diameter  antara 2 sampai 6,5 cm.
Lumen serviks selalu tertutup kecuali waktu birahi (estrus) dan melahirkan. Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa sfingter itu tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat kelahiran. Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai jalan masuknya sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tetutup dengan sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu itu mulai terbuka, serviks mengembang, hingga fetus dan membran dapat melaluinya pada saat kelahiran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjosubroto (1994) bahwa perbedaan yang sering ditemukan antara sapi dara dengan sapi beranak adalah pada bagian serviks, ukurannya menjadi lebih besar daripada sapi yang telah beberapa kali melahirkan.
Menurut Hafez (1972) struktur serviks berbeda secara rinci antara mamalia pertanian, dinding ditandai dengan berbagai keunggulan. Pada ruminansia ini adalah dalam bentuk pegunungan melintang atau spiral saling dikenal sebagai cincin melingkar, yang berkembang untuk berbagai degress pada spesies yang berbeda. Mereka terutama menonjol dalam sapi (4 cincin) dan domba, di mana mereka masuk ke dalam setiap dekat otherto serviks aman. Pada babi Betina, cincin ini berada di pengaturan pembuka botol yang disesuaikan dengan memutar spiral ujung penis babi hutan itu. Ovarium pada sapi, domba dan babi berbeda darri segi bentuknya. Bentuk ovarium sapi dan domba berbentuk seperti kacang almond, sedangkan pada babi seperti anggur. Menurut Hafez (1972) ovarium, tidak seperti testis, tetap dalam rongga perut. Ini performans kedua eksokrin dan sebuah fungsi endokrin. Bentuk dan ukuran ovarium spesies withnthe kedua dan tahap siklus estrus. Pada sapi dan domba ovarium ini berbentuk almond. Pada babi ovarium menyerupai sekelompok anggur, folikel nyata menonjol dan corpora lutea.

Vagina
             Vagina adalah bagian saluran peranakan yang terletak di dalam pelvis di antara uterus (arah kranial) dan vulva (kaudal). Vagina juga berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopulasi (Frandson, 1992). Vagina merupakan buluh berotot yang menjulur dari serviks sampai vestibulum (Dellman dan Brown, 1992).

Vulva
Organ reproduksi bagian luar hewan betina terdiri atas vulva dan klistoris. Vulva terdiri dari atas Labia mayora dan labia minora. Labia mayora berwarna hitam dan tertutupi oleh rambut. Labia mayora merupakan bagian terluar dari vulva. Sedangkan bagian dalam vulva yang tidak terdapat rambut yaitu labia minora.  (Bearden and Fuquay, 1997).

Klitoris
Alat reproduksi bagian luar terdapat banyak ujung syaraf perasa. Syaraf perasa memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris terdiri dari korpora kavernosa klitoridis yang bersifat erektil, glans klitoridis yang rudimenter dan praeputium klitoridis. (Dellmann, 1992).
 Antara labia di bagian ventral tepat di sebelah dalam lubang ureter terdapat klitoris. Klitoris merupakan lubang kecil setelah vulva. Menurut Bearden and Fuquay (1997), Klitoris berhomolog dengan gland penis pada hewan jantan, berlokasi pada sisi ventral, sekitar 1 cm di dalam labia. Clitoris mengandung erectile tissue sehingga dapat berereksi, juga dapat mengandung ujung syaraf perasa, syaraf ini memegang peranan penting pada waktu kopulasi. Klitoris bereaksi pada hewan yang sedang estrus, tetapi hal ini tidak cukup untuk dijadikan sebagai pendeteksi estrus pada kebanyakan spesies.






DAFTAR PUSTAKA
              Toilehere, M. R. 1981.Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung
              Saliasbury, G.M. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

              Wodzicka, M, I.K. Sutama, I. G. Putu, T.G. Chaniago. 1991. Reproduksi, Tingkah laku dan           Produksi Ternak Di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

              Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, jakarta

               E.S.E.Hafez. 1972. Reproduction in Farm Animal (second edition). Washington State University Pullman, Washington.

 http//Iranawati.blogspot.com/2011/10/ilmu_reproduksi_betina.html(13/11/ 2012,23:45 WITA)
(13/11/2012,23:45 WITA)


4 komentar:

  1. manatap..... maksi atasn infonya...
    gambarnya cius banget....
    bisa jadi modal kawin buatan

    BalasHapus
  2. baguss.......
    semoga ini bisa membantu mereka yang ingin mencari
    informasi anatomi alat reproduksi ternak betina

    BalasHapus
  3. Perbandingan organ ruminan dengan nonRum sekaligus Pseudorum nya kurang

    BalasHapus
  4. Perbandingan organ ruminan dengan nonRum sekaligus Pseudorum nya kurang

    BalasHapus